DAMPAK URBANISASI TERHADAP KOTA-KOTA BESAR
Penulis : Andra aswandi / F23116055
Pembimbing : Andi Chairul Achsan S.P., M.Si.
ABSTRAK
Urbanisasi
merupakan masalah yang cukup serius bagi
kota-kota besar di indoesia. Dengan
adanya urbanissasi ini menimbulkan bebetapa masalah dikota besar, masalah yang
timbul dari meloncatnya angka pertumbuhuan penduduk dari desa ke kota yakni
meningkatnya angka kemiskinan sehingga permukiman kumuh akan muncul dan
meningkat sehingga tingkat kriminalitas juga akan bertambah dari banyak masalah
yang timbul.
Persebaran
penduduk yang tidak merata antara desa
dengan kota akan menimulkan berbagai permasalahan social masyarakat. Hal inilah
yang mendorong masyarakat masyarakat untuk melakukan urbanisasi dengan tujuan
untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Beberapa urban yang beranjak
ke kota dengan tujuan meningkatkantaraf hidup yang lebih baik, akan tetapi para
urban biasanya kekota dengan modal diri tanpa adanya softskill. Dengan demikian
para urban hanya bisa bekerja dengan mengandalkan otot atau sebagai buru kasar,
bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukan kebun dan pekerjaan yang lainnya. Dengan
tujuan yang aka dicapai tadi malah menimbulkan masalah baru yang ditimblkan
karena dengan membludaknya masyarakat urban di kota tadi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Luas
wilayah kota-kota besar dunia hanya 2% dari total permukaan bumi namun
menampung 50% lebih penduduk, menghabiskan 75% energi, dan bertanggung jawab
atas 80% emisi CO2. Dengan kondisi seperti ini, maka pengelolaan kota-kota
besar itu akan menentukan baik buruknya masa depan planet Bumi. Di Asia, ada
perbedaan antara model pembangunan dari atas, seperti yang terjadi di Cina dan
kota-kota yang tumbuh secara alami, seperti Jakarta, Bangkok, dan Mumbai. Urbanisasi yang sedang terjadi di kota-kota besar Asia
tampaknya tidak terlelakkan untuk sementara waktu dan teknologi canggih bisa
menjadi andalan untuk mengurangi tekanan keterbatasan sarana dan prasarana
perkotaan.
Sebagai
konsekuensi logis dari peran kota sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi,
sumbangan perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, semakin meningkat.
Data menunjukkan, terdapat peningkatan peranan perkotaan terhadap pertumbuhan
nasional yang cukup signifikan. Pada awal Pelita I, peranan kota terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 50%, namun pada Pelita V, peranan kota
terhadap pertumbuhan telah mencapai 70% (National Urban Development Strategy,
2001).
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%, sementara pada 1995 mencapai 35,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2003 mencapai 55,3% dari penduduk Indonesia.
Di lain pihak, penduduk pedesaan pada 1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk pedesaan mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan. Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang tinggi, memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja. (Prijono Tjiptoherijanto, Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk di tengah semakin terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang nyaman.
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%, sementara pada 1995 mencapai 35,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2003 mencapai 55,3% dari penduduk Indonesia.
Di lain pihak, penduduk pedesaan pada 1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk pedesaan mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan. Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang tinggi, memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja. (Prijono Tjiptoherijanto, Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk di tengah semakin terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang nyaman.
Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik
perhatian dewasa ini karena tidak hanya berkaitan dengan masalah demografi,
tetapi juga mempunyai pengaruh penting terhadap proses pertumbuhan ekonomi dan
urbanisasi dapat mendorong pembangunan tetapi sebaliknya dapat juga menghambat
pembangunan.
Urbanisasi merupakan suatu proses menuju ke
kotaandari rural menjadi urban, baik menyangkut kehidupan
social ataupun pertambahan jumlah persentase penduduk diperkotaan yang
diakibatkan oleh migrasi dari desake kota, pertumbuhan penduduk alami
(natalitas) ,dan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desaperkotaan, hal
tersebut dapat berdampak padaperubahan ekonomi, social, kebudayaan,
psikologimasyarakat serta fisik.
Urbanisasi saat ini sangat berkembang didaerah mana
saja khususnya daerah pulau Jawa yang tingkat laju Urbanisasinya sangat cepat.
Dan juga mempunyai dampak tersendiri dalam urbanisasi itu. Diantaranya memicu
kejahatan dan tertanggunya lalu lintas dan sebagainya.
BAB II
ISI
A.
Faktor
Terjadinya Urbanisasi
URBANISASI
Urbanisasi
merupakan secara gasir umum merupakan
perpindahan masyarakat desa ke kota dengan tujuan memperbaiki taraf hidup. Proses
urbanisasi juga terjadi akibat kebijakan dan peraturan di daerah perkotaan,
terutama bidang
ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah kota. Selain itu faktor momentum juga memicu terjadinya
urbanisasi.
Dengan
adanya urbanisasi menyebabkan banyak masalah bagi suatu kota. Dengan munculnya
urbanisasi berdampak negative bagi suatu kajian wilayah. Karena dengan ledakan penduduk disuatu kota
melonjak permasalahan permasalahan pun juga akan menjadi melonjak. Dari
beberapa permasalahan yang timbul diatas
diantaranya :
1.
Angka penggangguran yang tinggi
Hal
ini merupakan masalah yang cukup serius yang banyak dihadapi oleh kota-kota
besar. Masalah ini timbul berkaitan dengan terjadinya over urbanization.
Karena sebagian migran yang masuk ke kota tidak memiliki keterampilan sesuai
dengan keahlian yang dibutuhkan, maka para migran tersebut kebanyakan hanya
bekerja sebagai buruh kasar secara temporer (sektor informal). Setelah
pekerjaan mereka selesai, maka mereka sepenuhnya menjadi mengangur. Besarnya
tingkat pengangguran di kota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya pekerjaan kurang layak bagi kemanusiaan seperti mengemis,
mencopet dan sebagainya, tingginya tingkat pengangguran tersebut dapat
meningkatkan angka kriminal. Jadi dapat disimpulakan dengan membludaknya
penduduk desa ke kota atau proses urbanisasi yang menggakibatkan tingginya
penggangguran juga akan menyebabkan kemiskinn karena kurangnya pendapatan yang
dihasilkan dari penduduk urban tersebut tadi.
Pengangguran
juga menyebabkan banyak factor selain dari tingkat kemiskinan yang akan
bertambah. Penyebab dari penggangguran
ini adalah masyarakat urban yang beranjak kekota dengan modal pas-pasan yang
hanya mengandalkan diri tanpa pembekalan softskill. Dengan pembekalan paspasan
inilah yang menyebabkan banyak masyarakat urban pengangguran sesampainya dukota
karna pesatnya persaingan kerja dikota yang mengandalkan softskill dibandingkan
dengan tenga otot. Dengan demikian mengakibatkan masyarakat yang tidak
mendapatkan kerja tersebut bekerja dengan otot meskipun dengan penghasilan yang
secukupnya atau bertindak negative seperti melakukan tindakan kriminalitas,
segala carapun dilakukan untuk menghidupi kebutuhan hidup. Akhirnya kemiskinan
pun terjadi dan melakukan tindakan kriinalitas tersebut seperti merampok, mencopet,
begal dan sebagainya.
2.
Kemacetan
Kepadatan penduduk dan tingginya tingkat mobilitas penduduk
diperkotaan menjadikan sarana transportasi menjadi penting artinya. Sarana
transportasi diperkotaan dapat menimbulkan masalah apabila jumlah kendaraan
tidak seimbang dengan panjang jalan yang ada. Rasio jumlah kendaraan dan
panjang jalan menentukan terjadinya masalah lalu lintas seperti kemacetan,
pelanggaran-pelanggaran dan tingginya tingkat angka kecelakaan lalu lintas.
Padatnya penduduk di kota menyebabkan
kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para
urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan
pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet
bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan
sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
Faktor penyebab kemacetan jalan raya
lainnya adalah penggunaan badan jalan sebagai area parkir. Hal ini menjadi saat
ini telah menjadi masalah di beberapa kota di Indonesia, seperti kota Jambi,
Bandung, dan beberapa kota lainnya. Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan
masyarakat yang senang menggunakan kendaraan umum sebagai sarana transportasi.
Alternatif ini dapat dicapai apabila pemerintah di tiap daerah mampu
menyediakan alat transportasi dengan harga terjangkau, mengutamakan kenyamanan,
dan menjangkau semua daerah tujuan penumpang
Dengan adanya tingkat kemacetan tersebut menyebabkan
pembangunan kota pun terhambat. Misalkan kendaraan dari luar kota yang membawa
bahan produksi kekota terhambatkarena adanya arus kemacetan yang tinggi. Kemacetan
suatu kota sudah idak bisa dipecahkan solusi karena terus meningkatnya angka
urban yang terus meningkat seiap tahunnya. Kenapa sampai menyebabkan arus
pembangunan kota seperti yang dijelaskan diatas jika bahan produksi yang berada
diluar atau bahan inpor yang diambil dari luar kota akan menjadi hambatan
apabila arus kemacetan terus bertambah. Arus kemacetan ini seperti dikota kota
besa sangat dipenggaruhi oleh tarikan da bangkitan atau jam jam tertantu
seperti jam masuk kerja dan jam pulang kerja dimana angka kemactan sangat
tinggi di jam tersebut. Bukan hanya berdampa pada proses pebangunan yang
disebabkan oleh macetan akan tetapi kemacetan juga sangat berdampak pada
lingkungan dimana dengan pesatnya kemacetan mengakibatkan polusi udaran yang
ditimbulkan juga sangat besar. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang
bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan
penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang mengeluh akibat adanya polusi,
sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh untuk menangani polusi, karena
semakin hari semakin banyak orang yang mengendarai kendaraan berotor sehingga
makbanyak pula asap-asap yang dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi
udara.
3.
Sampah
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan
gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap
berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau
kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi
yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah
yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga
akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman,
hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Dengan jumlah penduduk yang sudah tidak dapat dikontrol
menyeabkan banyak sampat bersebaran dimana mana sehingga mengakibatkan pihak
pemerintah kesulitan dalam melayani masalah sampah yang ditimbulkan
mengakibatkan sampah bertumpuk dimana mana sehingga timullah yang namanya
permukiman kumuh. Karna dengan masyarakat tadi yang tidak dapat pndah dari
tempat yang sudah tercemari mengakibatkan kesehatan yang ditimbulkan juga tidak
baik vagi kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dan desa ke kota atau
dan kota kecil ke kota besar yang disebabkan oleh adanya faktor penarik dari
kota besar dan faktor pendorong dari desa. Orang-orang yang melakukan
urbanisasi disebut urban. DI Indonesia, urbanisasi masih terus berlangsung
hingga saat ini dan semakin sulit untuk dicegah.
Urbanisasi menimbulkan banyak masalah diantaranya yakni
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan, meningkatkan kemacetan, pencemaran
yang bersifat sosial dan ekonomi, menambah polusi di daerah perkotaan dan
masalah yang palng signifikan yaitu meningkatnya angka kemiskinan. Masalah yang
ditimbulkan urbanisasi begitu banyak, oleh karena itu perlu perlu penanganan
yang serius dari pemerintah daerah, dan juga pemerintah pusat. Namun pada
akhirnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi urbanisasi memerlukan
kerja sama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah dan penduduknya. Tanpa
adanya sinergisitas dalam melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka
urbanisasi akan terus terjadi
B. Sasaran
Salah satu kebijaksanaan yang perlu dibuat
pemerintah adalah pemisahan kawasan di daerah perkotaan, misalnya dengan
memisahkan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Dengan begitu, hanya daerah
pusat ekonomi saja yang diserbu oleh para urbanisasi sementara daerah pusat
pemerintahan tetap stabil. Sehingga angka urbanisasinya tidak mengalami
peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
DAMPAK URBANISASI TERHADAP KOTA-KOTA BESAR
Penulis : Andra aswandi / F23116055
Pembimbing : Andi Chairul Achsan S.P., M.Si.
ABSTRAK
Urbanisasi
merupakan masalah yang cukup serius bagi
kota-kota besar di indoesia. Dengan
adanya urbanissasi ini menimbulkan bebetapa masalah dikota besar, masalah yang
timbul dari meloncatnya angka pertumbuhuan penduduk dari desa ke kota yakni
meningkatnya angka kemiskinan sehingga permukiman kumuh akan muncul dan
meningkat sehingga tingkat kriminalitas juga akan bertambah dari banyak masalah
yang timbul.
Persebaran
penduduk yang tidak merata antara desa
dengan kota akan menimulkan berbagai permasalahan social masyarakat. Hal inilah
yang mendorong masyarakat masyarakat untuk melakukan urbanisasi dengan tujuan
untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Beberapa urban yang beranjak
ke kota dengan tujuan meningkatkantaraf hidup yang lebih baik, akan tetapi para
urban biasanya kekota dengan modal diri tanpa adanya softskill. Dengan demikian
para urban hanya bisa bekerja dengan mengandalkan otot atau sebagai buru kasar,
bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukan kebun dan pekerjaan yang lainnya. Dengan
tujuan yang aka dicapai tadi malah menimbulkan masalah baru yang ditimblkan
karena dengan membludaknya masyarakat urban di kota tadi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Luas
wilayah kota-kota besar dunia hanya 2% dari total permukaan bumi namun
menampung 50% lebih penduduk, menghabiskan 75% energi, dan bertanggung jawab
atas 80% emisi CO2. Dengan kondisi seperti ini, maka pengelolaan kota-kota
besar itu akan menentukan baik buruknya masa depan planet Bumi. Di Asia, ada
perbedaan antara model pembangunan dari atas, seperti yang terjadi di Cina dan
kota-kota yang tumbuh secara alami, seperti Jakarta, Bangkok, dan Mumbai. Urbanisasi yang sedang terjadi di kota-kota besar Asia
tampaknya tidak terlelakkan untuk sementara waktu dan teknologi canggih bisa
menjadi andalan untuk mengurangi tekanan keterbatasan sarana dan prasarana
perkotaan.
Sebagai
konsekuensi logis dari peran kota sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi,
sumbangan perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, semakin meningkat.
Data menunjukkan, terdapat peningkatan peranan perkotaan terhadap pertumbuhan
nasional yang cukup signifikan. Pada awal Pelita I, peranan kota terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 50%, namun pada Pelita V, peranan kota
terhadap pertumbuhan telah mencapai 70% (National Urban Development Strategy,
2001).
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%, sementara pada 1995 mencapai 35,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2003 mencapai 55,3% dari penduduk Indonesia.
Di lain pihak, penduduk pedesaan pada 1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk pedesaan mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan. Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang tinggi, memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja. (Prijono Tjiptoherijanto, Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk di tengah semakin terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang nyaman.
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%, sementara pada 1995 mencapai 35,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2003 mencapai 55,3% dari penduduk Indonesia.
Di lain pihak, penduduk pedesaan pada 1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk pedesaan mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan. Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang tinggi, memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja. (Prijono Tjiptoherijanto, Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk di tengah semakin terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang nyaman.
Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik
perhatian dewasa ini karena tidak hanya berkaitan dengan masalah demografi,
tetapi juga mempunyai pengaruh penting terhadap proses pertumbuhan ekonomi dan
urbanisasi dapat mendorong pembangunan tetapi sebaliknya dapat juga menghambat
pembangunan.
Urbanisasi merupakan suatu proses menuju ke
kotaandari rural menjadi urban, baik menyangkut kehidupan
social ataupun pertambahan jumlah persentase penduduk diperkotaan yang
diakibatkan oleh migrasi dari desake kota, pertumbuhan penduduk alami
(natalitas) ,dan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desaperkotaan, hal
tersebut dapat berdampak padaperubahan ekonomi, social, kebudayaan,
psikologimasyarakat serta fisik.
Urbanisasi saat ini sangat berkembang didaerah mana
saja khususnya daerah pulau Jawa yang tingkat laju Urbanisasinya sangat cepat.
Dan juga mempunyai dampak tersendiri dalam urbanisasi itu. Diantaranya memicu
kejahatan dan tertanggunya lalu lintas dan sebagainya.
BAB II
ISI
A.
Faktor
Terjadinya Urbanisasi
URBANISASI
Urbanisasi
merupakan secara gasir umum merupakan
perpindahan masyarakat desa ke kota dengan tujuan memperbaiki taraf hidup. Proses
urbanisasi juga terjadi akibat kebijakan dan peraturan di daerah perkotaan,
terutama bidang
ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah kota. Selain itu faktor momentum juga memicu terjadinya
urbanisasi.
Dengan
adanya urbanisasi menyebabkan banyak masalah bagi suatu kota. Dengan munculnya
urbanisasi berdampak negative bagi suatu kajian wilayah. Karena dengan ledakan penduduk disuatu kota
melonjak permasalahan permasalahan pun juga akan menjadi melonjak. Dari
beberapa permasalahan yang timbul diatas
diantaranya :
1.
Angka penggangguran yang tinggi
Hal
ini merupakan masalah yang cukup serius yang banyak dihadapi oleh kota-kota
besar. Masalah ini timbul berkaitan dengan terjadinya over urbanization.
Karena sebagian migran yang masuk ke kota tidak memiliki keterampilan sesuai
dengan keahlian yang dibutuhkan, maka para migran tersebut kebanyakan hanya
bekerja sebagai buruh kasar secara temporer (sektor informal). Setelah
pekerjaan mereka selesai, maka mereka sepenuhnya menjadi mengangur. Besarnya
tingkat pengangguran di kota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya pekerjaan kurang layak bagi kemanusiaan seperti mengemis,
mencopet dan sebagainya, tingginya tingkat pengangguran tersebut dapat
meningkatkan angka kriminal. Jadi dapat disimpulakan dengan membludaknya
penduduk desa ke kota atau proses urbanisasi yang menggakibatkan tingginya
penggangguran juga akan menyebabkan kemiskinn karena kurangnya pendapatan yang
dihasilkan dari penduduk urban tersebut tadi.
Pengangguran
juga menyebabkan banyak factor selain dari tingkat kemiskinan yang akan
bertambah. Penyebab dari penggangguran
ini adalah masyarakat urban yang beranjak kekota dengan modal pas-pasan yang
hanya mengandalkan diri tanpa pembekalan softskill. Dengan pembekalan paspasan
inilah yang menyebabkan banyak masyarakat urban pengangguran sesampainya dukota
karna pesatnya persaingan kerja dikota yang mengandalkan softskill dibandingkan
dengan tenga otot. Dengan demikian mengakibatkan masyarakat yang tidak
mendapatkan kerja tersebut bekerja dengan otot meskipun dengan penghasilan yang
secukupnya atau bertindak negative seperti melakukan tindakan kriminalitas,
segala carapun dilakukan untuk menghidupi kebutuhan hidup. Akhirnya kemiskinan
pun terjadi dan melakukan tindakan kriinalitas tersebut seperti merampok, mencopet,
begal dan sebagainya.
2.
Kemacetan
Kepadatan penduduk dan tingginya tingkat mobilitas penduduk
diperkotaan menjadikan sarana transportasi menjadi penting artinya. Sarana
transportasi diperkotaan dapat menimbulkan masalah apabila jumlah kendaraan
tidak seimbang dengan panjang jalan yang ada. Rasio jumlah kendaraan dan
panjang jalan menentukan terjadinya masalah lalu lintas seperti kemacetan,
pelanggaran-pelanggaran dan tingginya tingkat angka kecelakaan lalu lintas.
Padatnya penduduk di kota menyebabkan
kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para
urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan
pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet
bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan
sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
Faktor penyebab kemacetan jalan raya
lainnya adalah penggunaan badan jalan sebagai area parkir. Hal ini menjadi saat
ini telah menjadi masalah di beberapa kota di Indonesia, seperti kota Jambi,
Bandung, dan beberapa kota lainnya. Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan
masyarakat yang senang menggunakan kendaraan umum sebagai sarana transportasi.
Alternatif ini dapat dicapai apabila pemerintah di tiap daerah mampu
menyediakan alat transportasi dengan harga terjangkau, mengutamakan kenyamanan,
dan menjangkau semua daerah tujuan penumpang
Dengan adanya tingkat kemacetan tersebut menyebabkan
pembangunan kota pun terhambat. Misalkan kendaraan dari luar kota yang membawa
bahan produksi kekota terhambatkarena adanya arus kemacetan yang tinggi. Kemacetan
suatu kota sudah idak bisa dipecahkan solusi karena terus meningkatnya angka
urban yang terus meningkat seiap tahunnya. Kenapa sampai menyebabkan arus
pembangunan kota seperti yang dijelaskan diatas jika bahan produksi yang berada
diluar atau bahan inpor yang diambil dari luar kota akan menjadi hambatan
apabila arus kemacetan terus bertambah. Arus kemacetan ini seperti dikota kota
besa sangat dipenggaruhi oleh tarikan da bangkitan atau jam jam tertantu
seperti jam masuk kerja dan jam pulang kerja dimana angka kemactan sangat
tinggi di jam tersebut. Bukan hanya berdampa pada proses pebangunan yang
disebabkan oleh macetan akan tetapi kemacetan juga sangat berdampak pada
lingkungan dimana dengan pesatnya kemacetan mengakibatkan polusi udaran yang
ditimbulkan juga sangat besar. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang
bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan
penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang mengeluh akibat adanya polusi,
sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh untuk menangani polusi, karena
semakin hari semakin banyak orang yang mengendarai kendaraan berotor sehingga
makbanyak pula asap-asap yang dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi
udara.
3.
Sampah
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan
gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap
berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau
kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi
yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah
yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga
akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman,
hutan, persawahan, sungai dan lautan.
Dengan jumlah penduduk yang sudah tidak dapat dikontrol
menyeabkan banyak sampat bersebaran dimana mana sehingga mengakibatkan pihak
pemerintah kesulitan dalam melayani masalah sampah yang ditimbulkan
mengakibatkan sampah bertumpuk dimana mana sehingga timullah yang namanya
permukiman kumuh. Karna dengan masyarakat tadi yang tidak dapat pndah dari
tempat yang sudah tercemari mengakibatkan kesehatan yang ditimbulkan juga tidak
baik vagi kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dan desa ke kota atau
dan kota kecil ke kota besar yang disebabkan oleh adanya faktor penarik dari
kota besar dan faktor pendorong dari desa. Orang-orang yang melakukan
urbanisasi disebut urban. DI Indonesia, urbanisasi masih terus berlangsung
hingga saat ini dan semakin sulit untuk dicegah.
Urbanisasi menimbulkan banyak masalah diantaranya yakni
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan, meningkatkan kemacetan, pencemaran
yang bersifat sosial dan ekonomi, menambah polusi di daerah perkotaan dan
masalah yang palng signifikan yaitu meningkatnya angka kemiskinan. Masalah yang
ditimbulkan urbanisasi begitu banyak, oleh karena itu perlu perlu penanganan
yang serius dari pemerintah daerah, dan juga pemerintah pusat. Namun pada
akhirnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi urbanisasi memerlukan
kerja sama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah dan penduduknya. Tanpa
adanya sinergisitas dalam melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka
urbanisasi akan terus terjadi
B. Sasaran
Salah satu kebijaksanaan yang perlu dibuat
pemerintah adalah pemisahan kawasan di daerah perkotaan, misalnya dengan
memisahkan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Dengan begitu, hanya daerah
pusat ekonomi saja yang diserbu oleh para urbanisasi sementara daerah pusat
pemerintahan tetap stabil. Sehingga angka urbanisasinya tidak mengalami
peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar