TUGAS PERENCAAN KOTA
(sejarah kota palangkaraya)
Kelompok 3
Andra aswandi F23116055
Gita Rinda S. F23116017
Nadia pratiwi F23116100
Moh. Gifari F23116091
Nurfianti F23116017
Sri Rahma L.M F23116132
Prodi
perencanaan wilayah dan kota
Jurusan
arsitektur
Fakultas
teknik
Universitas
tadulako
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………………………..
Daftar isi …………………………………………………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang …………………………………………………………………………………………………...
b. Rumusan masalah
………………………………………………………………………………………………
c. Tujuan dan
manfaat……………………………………………………………………………………………
Bab II Tinjauan Pustaka
a. Sejarah perencanaan kota palangkaraya
……………………………………………………………
b. Bentuk kota palangkaraya …………………………………………………………………………………
c. Perkembangan
peradaban, kebudayaan, kemampuan manusia…………………………………….
d. Kelemahan
dan kelebihan bentuk perencanaan kota palangkaraya ………………………………
Bab III penutup
a. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………………………….
b. Saran
……………………………………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kota yang merupakan suatu sistem
jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan
diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen (Bintarto,1989:36) pada
akhirnya akan membawa pengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan kota
itu sendiri secara fisik. Dalam suatu kota memiliki suatu sejaran salah satu
kota yang akan dibahas dalam kasus ini adalah kota Palangka, kota Palangka Raya
terdiri dari kata “Palangka dan Raya“. Palangka Raya Bulau berasal dari suatu
wadah Palangka (bagian muka dan belakang, melukiskan bentuk gambar Burung
Elang) yang menurut kepercayaan leluhur/nenek moyang suku dayak, dipakai oleh
Mahatala Langit (Tuhan Yang Maha Esa) untuk menurunkan manusia pertama ke atas
dunia.
Kota Palangka Raya adalah kota terluas ke 3 di
Indonesia. Dapat dilihat sebagai kota yang memiliki 3 wajah; wajah perkotaan,
wajah pedesaan dan wajah hutan. Provinsi Kalimantan Tengah terbentuk
melalui proses yang panjang. Sejarah pembentukan
Pemerintahan Kota Palangka Raya adalah bagian integral dari pembentukan
Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk Kriteria Penataan Kota, Kota Palangka Raya
memiliki angka presentase tertinggi dipersepsikan oleh warganya memiliki
penataan kota yang baik, yaitu sebanyak 51 %. Kota Palangka Raya meskipun masih
jauh dari ukuran ideal, namun memiliki kondisi penataan kota yang cukup baik.
Dari sudut pandang lain dapat dikatakan kapasitas akomodasi ruang Kota
Palangkaraya terhadap pertumbuhan penduduk masih memadai.
Kota palangkaraya
dalam melaksanakan pembanguan dareah menentukan pula arah dan kebijaksanaan
pembangunan terutama usaha meningkatkan pemerataan pembngunan dan
hasil-hasilnya, laju pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi, sosial politik
serta pelaksanaan delapan jalur pemerataan. Peningkatan produksi sektor
pertanian, melalui permukiman penduduk lewat transmigrasi sebagai sumber daya
manusia. Rencana pembangunan kota Palangka Raya selalu dapat dilaksanakan
tanpa membawa pengaruh kehidupan sosial budaya masyarakat. Pembanguna Palangka
Raya belum banyak melibatkan teknologi modern. Industri besar yang menimbulkan
polusi udara belum ada. Tenaga asing datang, baik sebagai tenaga ahli
pembangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah
perencanaan kota palangkaraya ?
2. Bagaimana bentuk
kota palangkaraya?
3.
Bagaimana Perkembangan peradaban, kebudayaan,
kemampuan manusia?
4. Bagaimana
Kelemahan dan kelebihan bentuk perencanaan kota?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dan manfaat pada makalah
ini adalah menjelaskan bagaimana sejarah perencanaan dan perkembangan dari kota palangkaraya, bagaimana bentuk kota yang
berkembang dikota palangkaraya serta
perkembangan peradaban, kebudayaan dan kemampuan manusia dan bagaimana
kelebihan dan kekurangan perencanaan kota tersebut agar menambah wawasan kita
mengenai kota palangkaraya, Kalimantan Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Perencanaan Kota
Sejarah
pembentukan Kota Palangkaraya merupakan bagian dari integral dari pembentukan
Provinsi Kalimantan Tengah .
a.
1957 – 1970
Pembangunan kota Palangka Raya
ditandai dengan pemancangan tiang pertama pembangunan kota oleh Presiden RI
pertama yaitu Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957, maka dari saat itulah
pembangunan di Palangka Raya dimulai yaitu seperti dermaga, istana, perkantoran,
perumahan dan bundaran (Bundaran Besar). Dimana pada saat itu Palangka Raya
direncanakan akan memiliki tiga jalan utama yang salah satunya adalah jalan Yos
Sudarso. Jalan Yos Sudarso pada dasarnya merupakan jalan utama yang bersejarah
dalam perkembangan Kota Palangka Raya, terbentuk oleh adanya Bundaran Besar
sebagai sumbu dan juga deretan-deretan perkantoran yang ada di sepanjang sisi
kiri dan kanan jalan serta di samping itu juga memiliki lahan kosong yang dapat
difungsikan sebagai ruang terbuka kota. Kondisi Jalan Yos Sudarso pada awal
mulanya masih berupa jalan tanah dan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan
kendaraan roda dua, seiring perkembangan kota, maka Jalan Yos Sudarso dibuat
selebar 20 meter sebagai akses terdekat ke Bundaran Besar. Setelah itu
merencanakan desain lansekap taman di Kota Palangka Raya dan merupakan ide awal
dari Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno yang merencanakan
di sepanjang Jalan Yos Sudarso sebagai Boulevard. Konsep Boulevard ini adalah
bagian terpenting dari kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau untuk
mengimbangi zona yang besar pada lahan terbangun.
Gambar
1. Peta Palangkaraya pada tahun 1960, struktur kotanya telah terbentuk pada
Jalan Yos Sudarso.
b.
1970 – 2000
Pada tahun 1970 jalan utama Yos
Sudarso mulai ditata sepanjang 800 meter dari Bundaran Besar Palangka Raya.
Tahun 1978 dibuat master plan yang diperuntukan sampai tahun 1996 dimana dalam
master plan ini telah ada penambahan jalan Yos Sudarso dari Bundaran Besar
sampai kompleks Universitas Palangka Raya dimana diperuntukan sebagai area
jasa. Pada periode berikutnya yaitu pada tahun 1980-1990-1999 Jalan Yos Sudarso
semakin padat dengan lalu lintas kendaraan bermotor namun pada pinggiran jalan
tersebut masih belum ditata karena belum adanya perhatian dari pemerintah kota
dengan kawasan bersejarah ini. Bundaran besar dalam bentuknya yang sekarang di
bangun pada masa Drs. Lukas Tingkes sebagai walikota, lokasi tersebut sekarang
diakui sebagai salah satu satu landmark terpenting kota Palangka Raya.
Sedangkan pembangunan awalnya di mulai pada periode 1983-1988. Selanjutnya
dilakukan pembangunan berupa fasilitas hiburan di kawasan jalan Yos Sudarso,
dimana pada saat itu masyarakat Palangka Raya masih kurang adanya tempat
hiburan selain terpusat pada Bundaran Besar, yaitu di kenal dengan Taman Ria,
namun dari segi penilaian masyarakat daerah tersebut merupakan kawasan yang
kumuh, dan penataan kawasan jalan Yos Sudarso masih belum dilakukan terutama
pada pinggir jalan belum terdapatnya troroar sebagai tempat pejalan kaki hanya
berupa padang rumput. Trotoar yang ada hanya pada Bundaran Besar sampai muara
jalan Yos Sudarso.
Gambar
2. Kondisi Jalan Yos Sudarso pada tahun 1999
c.
2000 – 2018
Pada periode ini lebih memfokuskan
pada penataan Ruang Terbuka Hijau di depan Kantor Transmigrasi, di depan Kantor
Kehutanan, di depan Kantor DEPNAKER, di depan Kantor Perpajakan, penataan
dilakukan di daerah Hotel Dandang Tingang sampai Jalan Lambung Mangkurat di
depan TVRI (eks lokasi taman ria). Pada konsep awalnya daerah ini akan
dijadikan hutan kota/ruang terbuka hijau hal ini memanfaatkan kondisi yang ada
dengan adanya pepohonan pada kawasan tersebut dan pada malam hari sepanjang
Jalan Yos Sudarso ada penerang berupa lampu jalan untuk mendukung kegiatan
warga kota di Ruang Terbuka dan dimanfaatkan juga untuk sektor informal
sehingga ada keharmonisan kegiatan disana. Perencanaan selanjutnya dengan
memeratakan pembangunan, mengatasi permasalahan pembangunan, fokus pada
perencanaan kawasan Pendidikan, Pariwisata dan Jasa, dengan mengoptimalisasi
pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah serta berlandaskan budaya Betang dan
berwawasan Lingkungan Hidup.
Gambar
3. Kondisi sekarang Kota Palangkaraya.
B. Bentuk Kota
a.
Luas Wilayah pada tahun 2016 2.853,52 Km2
b.
Jumlah Penduduk pada tahun 2016 267.757 jiwa
c.
Pola Permukiman
Pada Kota Palangkaraya membentuk
pola permukiman radial, pola radial adalah pola aliran sungai yang arah
alirannya menyebar secara radial, dari suatu titik ketinggian tertentu. Pola
ini terbentuk mengikuti bentuk muka bumi yang cembung.
Kota Palangkaraya membentuk pola
radial konsentris, pola ini memiliki pusat ditengah kota dengan tujuan agar
dapat melayani daerah sekitarnya dari segala arah.
C. Perkembangan peradaban, kebudayaan,
kemampuan manusia
Dahulu
Pulau Kalimantan merupakan pulau yang masih jarang penduduknya. Salah satu
cikal bakal pertumbuhan kota ada di daerah sekitar Sungai Kahayan. Dari tempat
itu, Palangkaraya tumbuh dan berkembang, dari yang sebelumnya merupakan kota
yang tidak terencana, menjadi kota yang terencana dengan baik dan menyesuaikan
dengan perkembangan kota-kota di Indonesia lainnya. Simbol fleksibelnya Kota
Palangkaraya terdapat pada bangunan-bangunan yang berada di sekitar Sungai
Kahayan. Morfologi Kota Palangkaraya terutama yang berada di tepian sungai
berbentuk menyesuaikan dengan alur sungai. Saat ini, daerah sekitar Sungai
Kahayan berdiri bangunan padat dan terkesan indah dengan liukan sungai sebagai
batas. Perkembangan kota selanjutnya meluas ke arah pusat kota, yaitu di
Bundaran Besar.
Penduduk
asli Palangkaraya adalah suku dayak. Seperti kita ketahui bahwa suku dayak
merupakan suku yang memiliki berbagai macam tradisi dengan mempertimbangkan
banyak unsur magis di dalamnya. Leluhur nenek moyang Suku Dayak berasal dari
China (Provinsi Yunan). Berdasarkan konsep desain kota Palangkaraya awal
mulanya bahwa pembangunan kota Palangkaraya yang diawali dengan peletakan tiang
pertama (sekarang benama Monumen Peletakan Batu Pertama), secara berurutan
diikuti dengan pembangunan dermaga gubernuran, Kantor Gubernur, Istana
Gubernur, dan Bundaran. Pada bundaran terdapat 3 (tiga) jalan yang memusat ke
bundaran yaitu sekarang bernama JL. Tjilik Riwut, Jl. Yos Sudarso dan Jl. Imam
Bonjol. Dan apabila poros Dermaga Gubernuran, Monumen, Kantor Gubernur,
Bundaran besar dan Jl. Yos Sudarso ditarik garis lurus, maka akan didapati
sumbu yang mengarah ke arah timur laut dan barat daya, dan bila diteruskan maka
sumbu yang ke arah timur laut akan melintasi Sungai Kahayan yang menurut
kebudayaan Dayak, sungai adalah sumber kehidupan. Sedangkan apabila sumbu yang
kearah barat daya diteruskan tak terhingga ke arah barat daya, maka sumbu ini
akan melintasi Kota Jakarta, diduga tepat di Istana Negara. Unsure cosmic
berupa sumbu penghubung ini turut menjadi sedikit unsur magis dari perkembangan
Kota Palangkaraya baik di masa lampau maupun ke depannya.
Fungsi
Kota Palangkaraya adalah sebagai pusat pemerintahan. Kedudukannya sebagai Ibu
Kota Provinsi Kalimantan Tengah menjadikan banyak terdapat bangunan tinggi
gedung yang digunakan sebagai pelananan yang berbasis pemerintahan. Bundaran
Besar sebagai simbol Kota Palangkaraya di sekelilingnya terdapat gedung-gedung
pemerintahan tersebut, seperti Gedung DPR Provinsi Kalteng, Kantor Gubernur dan
Kantor Walikota Palangkaraya. Selain pusat pemerintahan, Kota Palangkaraya juga
merupakan kota dengan aktivitas perdagangan dan bisnis yang berkembang pesat.
Berbagai pusat perbelanjaan tumbuh subur di kota ini. Tercatat belasan tempat
belanja, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan dan mall berada di dalam
kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, bisnis perhotelan juga
termasuk yang mengalami pertumbuhan progresif. Berbagai macam aktivitas
perdagangan dan bisnis tersebut tumbuh pesat dikarenakan adanya jalur
transportasi yang baik. Jalur transportasi dari dan ke Kota Palangkaraya berupa
jalur darat, udara, dan air. Sarana transportasi perairan merupakan sarana
transportasi dari sungai yang terkenal di Palangkaraya yaitu Sungai Kahayan.
Ditengah kota Palangkaraya sendiri terdapat Jembatan Kahayan diatas sungai
Kahayan yang menghubungkan kedua tempat yang biasa disebut dengan Pahandut dan
Pahandut Seberang. Di sekitar sungai ini pula cikal bakal Kota Palangkaraya
berada.
D. Kelemahan dan kelebihan bentuk perencanaan
kota
a.
Kelemahan dalam perencanaan Kota Palangkaraya
dimana pada masa lalu masih terbatasnya pembangunan karena sarana prasarana
yang tidak memadai serta biaya yang masih minim dalam perencanaan. Kurang
berkembangnya pembangunan pada daerah ini didasari oleh masih terpusatnya
anggaran pembangunan. Dalam hal ini semua pendapatan daerah langsung menuju
pusat dan belum bisa dikelola oleh daerah masing masing. Di tahun 2002, otonomi
daerah berlaku. Undang-undang otonomi daerah membebaskan setiap daerah untuk
mengelola daerah masing-masing termasuk pembangunan di daerahnya berdasarkan
anggaran dan pendapatan daerah itu sendiri. Peraturan otonomi daerah ini juga kurang
sinkronnya pembangunan di setiap daerah karena sumberdaya dan pendapatan daerah
yang cenderung masih berbeda-beda.
b.
Kelebihan perencanaan Kota Palangkaraya dari
sarana dan prasarana yang memadai dan juga karena teknologi yang semakin maju.
Pembangunan kota semakin berkembang ditandai dengan pemisahan kawasan
pemerintahan dan perdagangan jasa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembangunan
kota Palangka Raya ditandai dengan pemancangan tiang pertama pembangunan kota
oleh Presiden RI pertama yaitu Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957, maka
dari saat itulah pembangunan di Palangka Raya dimulai yaitu seperti dermaga,
istana, perkantoran, perumahan dan bundaran (Bundaran Besar). Dimana pada saat
itu Palangka Raya direncanakan akan memiliki tiga jalan utama yang salah
satunya adalah jalan Yos Sudarso. Jalan Yos Sudarso pada dasarnya merupakan
jalan utama yang bersejarah dalam perkembangan Kota Palangka Raya, terbentuk
oleh adanya Bundaran Besar sebagai sumbu dan juga deretan-deretan perkantoran
yang ada di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan serta di samping itu juga
memiliki lahan kosong yang dapat difungsikan sebagai ruang terbuka kota. Pada
tahun 1970 jalan utama Yos Sudarso mulai ditata sepanjang 800 meter dari
Bundaran Besar Palangka Raya. Tahun 1978 dibuat master plan yang diperuntukan
sampai tahun 1996 dimana dalam master plan ini telah ada penambahan jalan Yos
Sudarso dari Bundaran Besar sampai kompleks Universitas Palangka Raya dimana
diperuntukan sebagai area jasa. Pada periode ini lebih memfokuskan pada
penataan Ruang Terbuka Hijau di depan Kantor Transmigrasi, di depan Kantor
Kehutanan, di depan Kantor DEPNAKER, di depan Kantor Perpajakan, penataan
dilakukan di daerah Hotel Dandang Tingang sampai Jalan Lambung Mangkurat di
depan TVRI (eks lokasi taman ria).
Berdasarkan
konsep desain kota Palangkaraya awal mulanya bahwa pembangunan kota
Palangkaraya yang diawali dengan peletakan tiang pertama (sekarang benama
Monumen Peletakan Batu Pertama), secara berurutan diikuti dengan pembangunan
dermaga gubernuran, Kantor Gubernur, Istana Gubernur, dan Bundaran. Fungsi Kota
Palangkaraya adalah sebagai pusat pemerintahan.
Kedudukannya sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah menjadikan
banyak terdapat bangunan tinggi gedung yang digunakan sebagai pelananan yang
berbasis pemerintahan. Bundaran Besar sebagai simbol Kota Palangkaraya di
sekelilingnya terdapat gedung-gedung pemerintahan tersebut, seperti Gedung DPR
Provinsi Kalteng, Kantor Gubernur dan Kantor Walikota Palangkaraya.
B.
SARAN
Makalah ini
merupakan suatu proses pembelajaran, makalah ini sangat jauh darikata sempurna
oleh karana itu bagi pembimbing dan para pembaca untuk mengoreksi makalah ini agar nantinya
bisa bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://kalteng.go.id/INDO/PRAYA/sejarah.htm
0 komentar:
Posting Komentar